Syiar

Tulisan Jum’at Pagi Aa Bas ; “Berbeda Karena Tidak Tahu…”

Avatar
250
×

Tulisan Jum’at Pagi Aa Bas ; “Berbeda Karena Tidak Tahu…”

Sebarkan artikel ini
IMG 20230707 074624
Aa Bass saat bersama para Ulama...

Berbeda karena “tidak tahu”

Didunia ini sesungguhnya yang diangap the other atau yang berdeda hanya karena belum mengenal dialektika.
Dari sini lah perlu merantau sekaligus menjalani stasiun sufism atau berpassing over menyelami spriritual religoiusitas melalui filsafat perenial ala Nasr.

Ngustadz yang baru mendedah ayat quran dan hadis belum bisa jadi ukuran faqih fi dinn.
Sebut saja tokoh ulama Mujtahid Asyafi’i dan pengikutnya al Ghazali.
Mereka berdua mendedah quran juga hadis sampai mengerti kejantung terdalam makna kontekstual kedua sumber hukum islam.

Kedua tokoh itu baru faqih fi dinn.

Jadi para milenial jangan mau ketipu fatwa ngustadz yang sesungghunya masih perlu pengkaji terdalam tradisi keilmuan islam.

Sehingga berislam itu kompatibel dengan prinsif kebajikan dalam menata hidup bersama di kolong jagat.
Bukan beragama merasa diluar diri merupakan kesesatan se sesat-sesatnya.

Bukankah manusia semua ciptaan Tuhan yang Satu?
Tuhan hanya memerintahkan berlomba dalam kebaikan.

Perbedaan panggilan Allah swt dalam Firman2nya ini menunjukkan keragaman

Ada panggilan: يا ايهاالناس، يا بني ادم، يااهل الكتاب، يا ايها الكفرون، يا ا يا ايها الذين امنوا…dan lainnya.

Jd dalam hidup berbangsa dan bernegara memang telah dicontohkan harus akur wlo ada perbedaan, bukan saling mengolok, bahkan menebar permusuhan.

Bukankag baginda nabi tak menvajarkan memupuk dendam pada orang2 Makah kala umat islam menguasai Makah, bahkan pindato nabi mrrypakan cikal bakal ajaran universal humanisme, memaafkan orangnya yang memusuhinya, bahkan membiarkan sekalipun tak mengakui kenabian dan agama Islam.

Itulah Islam tak cukup dicerna dengan fiqh tekstual semata, namun ada fiqh kontekstual.
Yg diikuti bukan qauli semata namun mahaji dari itu ada fiqh nusantara jakat fitrahnya dengan beras bukan gandum kaya orang Arab.
Bajunya kemeja batik bukan jubah,
Ibadahnya sembahyang, di surau, masigit, atau langgar.
Indah bukan Islam?

Itu pendidikan santri bermazhab tak melulu qauli namun manhaji.
Yg ditiru metodologinya.
Karena bisa saja qauli terbingkai situasi dan kondisi. Alangkah primitifnya jika berfiqh semata qauli, karena istinja boleh dengan bebatuan.

Dr. Akhmad Basuni, MA akrab dipanggil ‘Aa Bass (Praktisi Pendidikan asal Tigaraksa Kabupaten Tangerang)

Baca Juga:  Inilah Makanan Yang Dapat Membatalkan Wudhu Menurut Para Ulama

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *