Banten

Setelah Dilakukan Penimbangan 824 Ribu Balita di Provinsi Banten Ternyata Ditemukan Ada 35 Ribu Anak Stunting

Avatar
92
×

Setelah Dilakukan Penimbangan 824 Ribu Balita di Provinsi Banten Ternyata Ditemukan Ada 35 Ribu Anak Stunting

Sebarkan artikel ini
Kadinkes Provinsi Banten
Kadinkes Banten sedang memimpin rapat terkait stunting

BANTEN — Berdasarkan hasil penimbangan yang dilakukan secara serentak pada Juni lalu, ditemukan masih ada 35 ribu anak di Provinsi Banten yang masih mengalami stunting.

Penimbangan itu dilakukan terhadap seluruh anak balita di Provinsi Banten yang jumlahnya sebanyak 824 ribu.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten dr Ati Pramudji Hastuti mengatakan, atas instruksi Wakil Presiden RI melalui Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan, pemerintah daerah melakukan upaya pengukuran.

“Ibaratnya ini kita memotret sesungguhnya karena seperti sensus by name by address, dari 824 anak balita yang ada di Banten. Semuanya dilakukan penimbangan,” ujar Ati saat rapat koordinasi dan evaluasi program kesehatan masyarakat dan gizi di aula kantor Dinkes Provinsi Banten, KP3B, Selasa, 13 Agustus 2024.

Hal itu dilakukan juga karena berdasarkan penilaian SSGI, angka prevalensi stunting di Banten justru mengalami peningkatan. Ati mengaku, hal itu tentu menjadi sebuah pertanyaan dari setiap provinsi dan kabupaten serta kota karena berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah provinsi maupun kabupaten kota ini sudah cukup luar biasa.

Tim percepatan penurunan stunting di setiap daerah juga berupaya melakukan intervensi baik spesifik maupun sensitif yang diamanahkan melalui Perpres 72 Tahun 2021. “Capaian-capaian kita pun rata-rata sudah memenuhi standar hanya beberapa yang belum mencapai target. Tetapi kenyataannya justru banyak kabupaten kota yang mengalami peningkatan,” ungkapnya.

Untuk itu, ia mengaku atas instruksi Wakil Presiden RI, maka dilakukanlah penimbangan serentak. Dari 824 ribu balita yang diukur dan diimbangi, hasilnya ada 267 ribu yang mengalami masalah gizi. “Ada kategori terbanyak status gizi tetap. Itu juga masalah gizi karena tidak boleh jatuh menjadi stunting kalau ini dibiarkan,” tegas Ati.

Selain itu, lanjutnya, ada juga masalah gizi lainnya yakni berat badan kurang dan gizi kurang. Berat badan kurang belum tentu mempengaruhi status gizinya. Namun, kalau gizinya kurang tentu mempengaruhi gizi dan tumbuh kembang anak tersebut.

Tak hanya itu, Ati menambahkan, masalah gizi lainnya yaitu gizi buruk dan stunting. Berdasarkan hasil penimbangan secara serentak, ada 35.405 balita yang masih mengalami stunting. “Kalau kita lihat hanya 4,3 persen anak stunting di Banten. Ini adalag data rill di lapangan,” ungkapnya.

Ia mengaku pihaknya terus menjalankan kebijakan dengan terus berusaha, berkomitmen, dan berupaya menekan angka prevalensi stunting. “Melalui rakor ini saya meminta kabupaten dan kota untuk mempersiapkan penilaian, apa yang menjadi harapan pemerintah, prevalensi di Banten dan Indonesia mengalami penurunan,” ujar mantan Direktur RSUD Kota Tangerang ini.

Apabila prevalensi stunting di angka 4,3 persen, pihaknya optimis terjadi penurunan jumlah angka stunting di Banten. “Dari 35 ribu itu pun yang stunting memerlukan penanganan hanya enam ribu karena stunting dikategorikan menjadi stunting gizi buruk, gizi kurang, gizi potensi lebih, gizi lebih, dan obesitas. Yang memerlukan penanganan adalah gizi buruk dan kurang,” tuturnya.

Kata dia, untuk gizi baik, potensi lebih, dan obesitas tetap diperhatikan agar tidak jatuh statusnya menjadi gizi buruk. Untuk itu, Pemprov Banten dan pemerintah kabupaten dan kota melakukan pemberian makanan tambahan bagi balita uang mengalami stunting.

(Source : Radar Banten)

Baca Juga:  Ribuan 'Kursi Kosong' PPDB Tingkat SMA Rentan Diselewengkan Oknum, Jalur Prestasi Non Akademik dan Jalur Perpindahan Ortu Terbanyak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *