LEGOK — Persoalan kondisi bangunan SDN Malang Nengah 1 Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang yang rusak memprihatinkan dan belakangan mendapat sorotan media sosial cukup mendapat perhatian serius berbagai elemen masyarakat.
Mulai dari Kepala Desa (Kades) setempat yang juga alumni SDN itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang Dadan Gandana juga berkunjung melihat langsung, bahkan sampai HM. Supriyadi tokoh masyarakat sekitar sekolah tersebut yang juga anggota DPRD Kabupaten Tangerang fraksi PDIP juga turut prihatin.
Kepala Desa Malang Nengah Ata Suharta mengatakan persoalan kondisi bangunan SDN Malang Nengah 1 yang rusak dan yang lokasinya tak jauh dari kediamannya itu cukup mendapat perhatian dirinya diantaranya solusi terbaik dengan memindahkan atau relokasi ke lahan tanah yang lebih luas diwilayah sekitarnya namun sampai saat ini belum terealisasi.
“Betul, sebelumnya sudah ada rencana pembelian tanah (oleh pihak Pemda) harga hasil affraisal sudah cocok dengan penjual namun karena teknis pembayarannya tidak bisa sekaligus maka jadi batal,” ujar Kades Ata saat dikonfirmasi TangerangSejahtera.id via WA terkait SDN Malang Nengah, Jumat (17/05/2024).
Dia juga mengaku prihatin miris dengan kondisi bangunan sekolah itu yang sudah kurang layak untuk proses kegiatan belajar mengajar dan harapannya agar segera ada relokasi karena dilokasi sekarang luas tanahnya sempit.
“Kita dorong Pemda segera ada relokasi dan cari lahan tanah yang cocok karena ada mau jual tapi harganya gak kira-kira mahal, saya prihatin dan akan terus dorong karena saya juga alumni SDN Malang Nengah,” ucap Kades Ata.
Sementara itu Nurlaelah PLt. Kepala Sekolah (Kepsek) SDN Malang Nengah saat diwawancara menyatakan kegiatan belajar mengajar tetap dilaksanakan dengan baik walau jumlah siswa berkurang drastis tidak seperti dulu.
“Saya diangkat jadi PLt Kepsek SDN Malang Nengah ini baru setahun tapi saya warga sini awal ngajar disini diangkat PNS juga disini jadi tau persis perjalanannya, dulu siswa SD kami ada 300 an sekarang karena kondisi bangunannya begini jadi berkurang hanya 190 siswa itupun KBM harus dibagi 2 shift karena ruangan tidak cukup,” ungkap Nurlaelah.
Nurlaelah mengatakan pihak sekolah sudah berulangkali mengajukan bantuan rehab bangunan ke pemerintah daerah bahkan sejak tahun 2008 dengan Kepsek berganti-ganti sampai 7 kali tapi tak kunjung diakomodir padahal kondisinya sudah rusak sejak lama.
“Infonya terganjal karena lahan tanah sekolah ini kecil dan untuk di rehab belum memenuhi persyaratan, luas tanah sekolah saat ini cuma 480 M2 ditambah tanah milik yayasan 260 M2. Belum lama udah mau jadi pembelian tanah oleh Pemda eh batal katanya pihak penjual tanahnya mau dibayar sekaligus tidak mau dicicil per-termyn,” pungkas Nurlaelah. (Nasrul-Mg1)
