Herman Ngantuk, atau Soeherman, adalah salah satu aktor Indonesia yang memiliki gaya akting khas yang sulit dilupakan. Lahir pada 5 Februari 1951 di Tasikmalaya, Jawa Barat.
Herman Ngantuk dikenal dengan wajahnya yang selalu terlihat mengantuk, yang justru menjadi ciri khas yang membedakannya dari aktor-aktor lainnya. Meskipun demikian, ia membuktikan bahwa kemampuan aktingnya tidak kalah dengan aktor-aktor lain di masanya.
Debut aktingnya dimulai di layar lebar dengan film Sembilan (1967), di mana ia berperan sebagai pemeran pembantu. Sejak saat itu, Herman aktif berkiprah di dunia perfilman Indonesia. Namun, namanya lebih dikenal luas setelah ia merambah dunia sinetron pada akhir 1970-an.
Serial sinetron pertamanya, Kisah Serumpun Bambu (1979), membuka jalan bagi kariernya di televisi. Keahlian Herman tidak hanya dalam berakting, tetapi juga berkembang dalam bidang penyutradaraan, seperti terlihat dalam sinetron Misteri Pewaris (1994), di mana ia menjabat sebagai sutradara.
Selain kemampuan aktingnya yang serba bisa, Herman juga pernah menjadi asisten sutradara dalam sinetron Warisan (1994). Kombinasi bakat akting dan keterampilannya di belakang layar menjadikan Herman seorang sosok yang dihormati dalam industri hiburan.
Sayangnya, Herman Ngantuk meninggal pada 13 Juli 2013 di Ciapus, Bogor, Jawa Barat, pada usia 62 tahun. Meskipun telah tiada, kontribusinya dalam dunia perfilman dan televisi Indonesia tetap dikenang sebagai warisan yang berharga.
(Kutif)