Kepindahan Pusat Pemerintahan Kabupaten (Puspemkab) Tangerang dari Kota Tangerang ke Kecamatan Tigaraksa menjadi anugerah bagi masyarakatnya yang waktu itu masih berjumlah 24 desa karena Kecamatan Jambe belum dimekarkan, apa saja anugerahnya? Sekilas penulis akan menceritakan efek positifnya walau mungkin tak semua dapat dirangkum.
Secara de’fakto Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Tangerang dimasa kepemimpinan Bupati H. Agus Djunara mulai 1998 – 2003 itu yang berani berkantor secara full ke Tigaraksa, yang dilanjutkan Bupati H. Ismet Iskandar yang memerintah 2 periode mulai 2003 sampai 2013 (bapaknya H. Ahmed Zaki Iskandar Bupati yang sekarang memimpin).
Bupati Tangerang H. Ismet Iskandar bupati yang memiliki darah asli Banten sewaktu mulai menjabat—dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)—diketahui gerak cepat (gercep) berbenah menata kawasan puspemkab di Tigaraksa dari mulai sarana prasarana infrastruktur layaknya ibukota pemerintahan, gedung-gedung perkantoran mulai dibangun selain gedung-gedung yang sudah terbangun diawal misalnya gedung GUD, gedung-gedung Muspida, termasuk juga Masjid Agung Al Amjad yang penyelesaiannya dimasa Bupati yang akrab disapa Kang Adeng itu.
Efek positif secara langsung yang dirasakan warga Tigaraksa diawal-awal belum terasa palingan ada sejumlah warga sekitar yang bekerja sebagai tenaga kebersihan, selebihnya karena faktor kesiapan kualitas SDM yang belum memadai maka disetiap kantor pemerintahan jarang ditemukan ada pegawai Pemda yang berasal dari Tigaraksa.
“Kami akui waktu itu kesiapan SDM Tigaraksa dilihat dari pendidikan dan keahlian belum mumpuni untuk bisa masuk bekerja sebagai tenaga administrasi apalagi jadi pejabat di Pemda. Maka sejak kepindahan puspem ke Tigaraksa kami cuma bisa masuk ke tenaga kerja kasar saja ya itulah, tapi sekarang sudah banyak warga Tigaraksa yang jadi pegawai bahkan banyak yang jadi pejabatnya,” ungkap Ahmad Hidayat salah satu ASN Pemda yang asli warga Tigaraksa.
Dimasa kepemimpinan H. Ismet Iskandar lah pembangunan wilayah Puspemkab Tigaraksa berjalan cukup pesat (Pa Ismet layak disebut Bapak Pembangunan Tigaraksa), pelayanan umum mulai terlihat layaknya ibukota kabupaten bahkan semua kantor instansi vertikal sudah berkumpul di Tigaraksa sehingga warga di 28 kecamatan lain se-kabupaten sehingga sebutan Tigaraksa Kota Masa Depan mulai terwujud walau belum maksimal karena jarak tempuh dari ujung pantura dan tengah ke Tigaraksa cukup jauh dan minim sarana transportasi cepat.
(Cerita Part Ke-3/Bersambung)