Opini

Ada 10 Karakteristik Orang Yang Jarang atau Tidak Pernah Memposting Kehidupannya Di Medsos, Silahkan Dibaca…

Avatar
115
×

Ada 10 Karakteristik Orang Yang Jarang atau Tidak Pernah Memposting Kehidupannya Di Medsos, Silahkan Dibaca…

Sebarkan artikel ini
IMG 20240508 112319
Foto ; Penyerahan simbolis bantuan Dinas Sosial oleh Ahmad Hidayat, SE perwakilan Kecamatan Tigaraksa kepada Kepala Desa Tapos Khaerudin untuk warganya MUNIS pra-sejahtera yang kedua anaknya menderita ODGJ dan akan dibawa ke RSJ Grogol Jakarta, Rabu (08/05/2024)

OPINI — Sepertinya di era saat ini yang serba digital seperti sekarang, kita hampir jarang menemui seseorang yang tidak memposting kehidupannya di media sosial.

Namun pernahkah kamu bertanya-tanya tentang mereka yang lebih memilih untuk tidak memposting dan tetap menjaga privasinya di media sosial?

Berdasarkan pengamatan, mereka yang sering disalahpahami sebagai penyendiri atau antisosial ini biasanya memiliki sifat atau karakter yang unik.

Setidaknya ada sepuluh karakteristik yang dimiliki oleh mereka yang jarang atau tidak pernah memposting kehidupannya di media sosial.

1. Nilai privasi

Salah satu ciri paling umum dari seseorang yang jarang memposting di media sosial adalah mereka sangat menghargai sebuah privasi.

Mereka percaya bahwa tidak semua aspek di dalam kehidupan mereka perlu untuk dipublikasikan. Mereka lebih memilih untuk merahasiakan kehidupan pribadinya.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Bagaimana Anda Mengeluarkan Pasta Gigi Mampu Mengungkapkan Sifat Kepribadian Tersembunyi Anda!

2. Menghargai interaksi dalam kehidupan nyata

Salah satu ciri lain dari orang yang jarang memposting di media sosial adalah apresiasi mereka terhadap interaksi di kehidupan nyata. Hal tersebut menunjukkan bahwa media sosial tidak selalu menentukan seberapa sosial dan ramahnya seseorang.

3. Tidak mudah mengalami kecemasan

Orang-orang yang jarang memposting di media sosial biasanya tidak rentan terhadap rasa cemas. Dalam sebuah penelitian berjudul “Computers in Human Behavior” menemukan korelasi kuat antara penggunaan media sosial yang berlebihan dengan peningkatan rasa cemas.

Mereka yang terpapar postingan orang lain secara terus-menerus dapat menyebabkan perbandingan diri yang negatif sehingga meningkatkan stres.

Sedangkan mereka yang jarang memposting di media sosial sering kali terlindungi dari pengaruh tersebut dan cenderung tidak akan membandingkan kehidupannya dengan orang lain sehingga menghasilkan kondisi mental yang lebih sehat.

4. Mereka adalah pendengar yang baik

Orang yang jarang memposting di media sosial seringkali menjadi pendengar yang baik. Meskipun mereka jarang memposting kehidupannya secara online, mereka biasanya adalah pengamat yang tajam.

Mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk membaca dan memahami postingan orang lain daripada membuat postingan sendiri.

Dalam kehidupan nyata mereka biasanya lebih senang mendengarkan, memahami, dan berempati dengan orang lain karena tidak sibuk mempublikasikan kehidupannya.

5. Mereka menghargai keaslian

Mereka yang jarang memposting kehidupannya di media sosial sering kali dikenal sebagai orang yang sangat menjunjung tinggi keaslian.

Mereka cenderung tidak terjebak dalam perlombaan untuk mendapatkan like di sosial media seperti Instagram karena mereka memahami bahwa hidup tidak selalu layak untuk hal tersebut.

Mereka justru lebih fokus menjalani kehidupan secara otentik, bukan hanya demi penampilan di media sosial.

Terbatasnya aktivitas mereka secara online bukan merupakan tanda kehidupan yang membosankan melainkan indikasi bahwa mereka lebih memilih pengalaman asli daripada validasi digital.

6. Rasa kesadaran diri yang mendalam

Orang yang jarang memposting kehidupannya di media sosial sering kali memiliki kesadaran diri yang mendalam.

Mereka tidak mudah terpengaruh dengan tren terkini karena mereka tahu siapa diri mereka, apa yang mereka perjuangkan dan mereka merasa nyaman dengan hal tersebut.

Mereka teguh terhadap identitasnya dan tidak perlu terus-menerus melakukan validasi diri melalui postingan di media sosial atau mencari persetujuan dari orang lain.

Mereka memiliki rasa percaya diri yang kuat karena mereka tahu bahwa value mereka tidak ditentukan oleh seberapa banyak jumlah like, share, atau comment di media sosial.

Baca Juga: Tebak Kepribadian: Letak Cincin pada Jari Bisa Ungkap Karakter

7. Mereka menghargai hubungan yang mendalam

Seseorang yang tidak terlalu aktif di media sosial biasanya memiliki kemampuan untuk menciptakan koneksi yang lebih mendalam. Mereka yang jarang aktif di media sosial lebih cenderung menjangkau, memahami, dan selalu ada saat seseorang membutuhkannya.

8. Mereka seringkali memiliki kehidupan offline yang sibuk

Orang yang jarang memposting di media sosial seringkali menjalani kehidupan offline yang dinamis. Mereka lebih cenderung menginvestasikan waktu mereka pada pengalaman di dunia nyata daripada mengabadikan dan mempostingnya di media sosial.

9. Mereka bisa menjadi lebih produktif

Orang yang jarang memposting di media sosial seringkali merasa dirinya lebih produktif karena tidak terus-menerus memeriksa notifikasi di smartphone mereka.

Hal tersebut membuat mereka memiliki lebih banyak waktu dan energi untuk fokus pada pendidikan, pekerjaan, hingga kesehatan mentalnya.

Mereka juga lebih mampu untuk menyalurkan perhatiannya pada kegiatan-kegiatan yang berkontribusi pada produktivitas dan pertumbuhan pribadinya.

10. Mereka puas dengan siapa mereka

Salah satu ciri paling signifikan dari orang-orang yang jarang memposting di media sosial adalah tingkat kepuasan mereka terhadap diri mereka sendiri.

Mereka tidak perlu mencari validasi dari orang lain melalui media sosial dan tidak berusaha untuk menggambarkan kehidupannya yang sempurna dan mengesankan orang lain.

Jarangnya kehadiran mereka di media sosial merupakan bukti penerimaan diri mereka dan indikasi bahwa mereka lebih menghargai kedamaian batin dan kepuasan diri.

Bahkan, menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Social and Clinical Psychology menemukan bahwa membatasi penggunaan media sosial dapat mengurangi perasaan kesepian dan depresi secara signifikan.
***



(Source ; Jawa Pos)

Baca Juga:  Sulitnya Mengalahkan Caleg Incumbent, Apakah Memang Kinerja Bagus? Atau Karena Punya Pasukan Kuat dan Amunisi Mumpuni?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *